USG di Era Digital Apa Bisa AI Membaca Janin Lebih Baik dari Dokter Kandungan?
ditulis oleh Adhi Muhammad
Jumat, 6 Juni 2025
USG di Era Digital Apa Bisa AI Membaca Janin Lebih Baik dari Dokter Kandungan?

Teknologi dalam dunia medis terus berkembang pesat, termasuk dalam bidang pencitraan medis seperti USG (ultrasonografi). Dari yang awalnya sederhana dan manual, kini USG telah masuk ke era digital dan bahkan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk meningkatkan akurasi diagnosis. 

 

Baca Juga: 7 Fungsi USG yang Jarang Masyarakat Tahu

 

Artikel ini akan mengajak Anda menelusuri perjalanan teknologi USG di era digital dari masa ke masa dengan bahasa yang mudah dipahami.

 

USG di Era Digital, Awal Kemunculan Teknologi Pencitraan

 

 

USG pertama kalinya digunakan di dunia medis sekitar tahun 1950-an. Pada masa itu, teknologi USG masih sangat terbatas dan bekerja secara manual. Gambar yang dihasilkan hanya berupa garis-garis kasar berwarna hitam putih, dan prosesnya cukup rumit. Dokter harus memiliki keahlian khusus untuk membaca citra tersebut, karena hasilnya belum terlalu jelas.

 

Meski sederhana, USG yang masih manual menjadi langkah awal yang sangat penting dalam dunia diagnostik karena memungkinkan dokter untuk melihat struktur dalam tubuh tanpa operasi.

 

Lanjut ke USG Jenis Digital, yang Punya Gambar Lebih Jelas, Proses Lebih Cepat

 

Ketika sudah masuk ke era 1980-an hingga awal 2000-an, teknologi USG mulai beralih ke sistem digital. Ini adalah titik balik besar dalam dunia radiologi. USG digital mampu menghasilkan gambar yang lebih tajam dan real-time, sehingga dokter bisa langsung melihat kondisi pasien dengan lebih jelas.

 

Teknologi yang satu ini juga memungkinkan penyimpanan data digital dan pencetakan hasil pemeriksaan, yang memudahkan pengarsipan dan analisis lanjutan. Tidak hanya itu, hadirnya doppler USG membuat pemeriksaan aliran darah menjadi lebih akurat.

 

Masa Sekarang Adanya USG dengan AI, Dukungan dengan Diagnosa Lebih Cepat dan Akurat

 

Kini, USG telah masuk ke era baru, yakni dari USG berbasis kecerdasan buatan (AI). Teknologi ini membantu dokter dalam mendeteksi kelainan dengan lebih cepat dan akurat. AI mampu membaca pola dari ribuan gambar USG dan memberikan saran diagnosis awal secara otomatis.

 

Contohnya saja dari adanya AI dalam USG kehamilan bisa mengenali struktur janin dan mendeteksi kelainan bawaan lebih dini. Di bidang onkologi, AI dapat membantu mendeteksi tumor atau kista kecil yang sulit dilihat mata manusia.

 

Nyatanya perjalanan teknologi USG, dari manual hingga berbasis AI, membuktikan bahwa dunia medis tidak pernah berhenti berinovasi. Tujuannya jelas: memberikan diagnosis yang lebih cepat, aman, dan akurat demi keselamatan pasien. Dengan perkembangan ini, kita bisa berharap pelayanan kesehatan akan semakin mudah diakses dan efisien di masa depan.

 

 

Perbedaan antara Dokter Membaca USG vs AI Membaca Citra Janin

 

 

USG (ultrasonografi) yang merupakan salah satu alat utama dalam memantau kehamilan. Melalui gambar yang dihasilkan dari gelombang suara, dokter dapat melihat perkembangan janin di dalam rahim. Namun, dengan kemajuan teknologi, kini muncul pendekatan baru: kecerdasan buatan (AI) yang mampu membaca citra janin secara otomatis.

 

Lantas, apa sebenarnya yang menjadi perbedaan antara dokter manusia dan AI dalam membaca hasil USG janin? Apakah AI juga akan bisa menggantikan dokter?

 

Cara dari Dokter Membaca Citra USG Janin

 

Selama ini, membaca hasil USG merupakan tugas dokter spesialis kandungan. Mereka memanfaatkan pengalaman klinis dan pengetahuan anatomi janin untuk menilai gambar yang ditampilkan. Proses ini melibatkan:

  • Pengamatan visual langsung: Dokter melihat ukuran kepala, panjang tulang paha, posisi plasenta, jumlah air ketuban, dan detak jantung janin.
  • Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman: Dokter akan menghubungkan hasil USG dengan gejala, usia kehamilan, dan riwayat kesehatan ibu.
  • Pendekatan menyeluruh: Selain membaca gambar, dokter juga berinteraksi langsung dengan pasien untuk menanyakan keluhan dan memastikan kondisi umum.

 

Hanya saja karena bersifat manual, hasil pembacaan bisa sedikit berbeda antara satu dokter dengan dokter lainnya. Interpretasi bisa dipengaruhi oleh tingkat keahlian, kelelahan, bahkan kualitas gambar USG itu sendiri.

 

Cara dari AI ketika Membaca Citra USG Janin

 

AI (Artificial Intelligence) menggunakan algoritma dan data besar (big data) untuk menganalisis citra USG. Sistem yang satu ini "belajar" dari ribuan bahkan jutaan gambar USG sebelumnya yang sudah diberi label oleh para ahli.

 

Akan tetapi, ini yang menjadi dari keunggulan AI dalam membaca citra janin:

  • Konsistensi tinggi: AI mampu memberikan hasil yang konsisten, tanpa dipengaruhi kondisi fisik atau emosional seperti manusia.
  • Kecepatan analisis: AI dapat memindai citra dalam hitungan detik dan menunjukkan kemungkinan kelainan secara cepat.
  • Deteksi dini kelainan kecil: AI bisa menangkap pola atau kelainan yang sangat halus yang mungkin luput dari mata manusia.

 

Namun AI tetap bergantung pada data yang digunakan untuk melatihnya. Jika datanya kurang beragam atau tidak berkualitas, hasilnya bisa kurang akurat.

 

Lalu mana dari dokter vs AI yang lebih baik? Sebenarnya, bukan soal siapa yang lebih baik, tapi bagaimana keduanya bekerja sama. AI dapat menjadi alat bantu yang sangat berguna bagi dokter, bukan pengganti.

  • AI sebagai pendamping dokter: AI membantu menyaring hasil dan memberikan “second opinion” yang berbasis data.
  • Dokter tetap memegang kendali: Keputusan akhir tetap di tangan dokter, yang mempertimbangkan banyak faktor seperti kondisi ibu, riwayat kehamilan, dan interpretasi klinis lainnya.

 

Perbedaan keduanya ini dalam membaca citra janin terletak pada pendekatan dan teknologi yang digunakan. Dokter mengandalkan pengalaman dan intuisi medis, sedangkan AI mengandalkan data dan logika pemrograman.

 

Yang terbaik adalah memadukan keduanya. `Dengan bantuan AI, dokter bisa mendapatkan gambaran yang lebih detail dan akurat. Sementara dokter tetap berperan penting dalam memberikan penilaian menyeluruh dan merawat pasien secara manusiawi.

 

Ke depannya, kolaborasi antara manusia dan teknologi inilah yang akan menciptakan layanan kesehatan yang lebih cepat, akurat, dan aman bagi ibu dan janin.

 

Kolaborasi AI dan Dokter sebagai Bukti Adanya USG di Era Digital

 

Alih-alih menggantikan dokter, nyatanya AI memang siap dan akan mengambil peran menjadi alat bantu yang memperkuat kemampuan dokter. Inilah bentuk kolaborasi yang ideal:

  • AI memberikan data yang cepat dan objektif.
  • Dokter menilai hasil dengan pertimbangan medis yang utuh.
  • Pasien mendapat penjelasan yang manusiawi dan mudah dipahami.

 

Contohnya saja dari AI mungkin mendeteksi bahwa ukuran kepala janin sedikit lebih kecil dari rata-rata. Tapi dokter bisa menjelaskan bahwa itu masih dalam batas wajar, berdasarkan riwayat keluarga dan usia kehamilan. Hasilnya: pasien merasa lebih tenang dan tetap dalam pengawasan yang baik.

 

Baca juga: Mengetahui Fungsi dan Efek Samping dari Alat USG 4D Bagi Janin

 

AI dalam USG memang membawa revolusi besar dalam kecepatan dan akurasi data. Hanya saja tetap, untuk melakukan diagnosis bukan hanya soal angka. Diagnosis yang tepat, aman, dan manusiawi tetap membutuhkan peran dokter yang ahli dan berempati.

 

Kombinasi antara AI dan dokter adalah kunci untuk menghadirkan layanan kesehatan yang modern, cepat, namun tetap memperhatikan sisi kemanusiaan. Di sinilah masa depan dunia medis: bukan teknologi menggantikan manusia, tapi teknologi membantu manusia menjadi lebih baik. USG di era digital memang tidak akan bisa terhindarkan, namun akan dapat berjalan secara berdampingan. 

HUBUNGI KAMI